Sabtu, 24 Maret 2012

Teruntuk Sahabatku

Semuanya hanya tinggal kenangan saja, Tuhan tidak mempertemukan kita kembali, menjalani perjuangan indah menuntut ilmu. Setiap ku kecewa karena betapa kejamnya orang lain memanfaatkan diri ini untuk memperlurus kepentingannya, aku hanya teringat kepadamu bahwa aku pernah memiliki orang yang tidak sedang kuhadapi saat ini. Saat diriku tersakiti atas ketegaan orang lain, maka aku hanya bisa teringat dengan segala kebaikanmu, bahwa aku pernah memiliki sahabat yang bukan sekedar sahabat. Sembilan tahun itu tak pernah bisa hilang dalam ingatanku bahwa aku pernah memiliki sahabat yang mulia hatinya seperti dirimu. Engkau hanyalah seorang yang terlahir tidak kaya yang setara dengan diriku, namun walaupun kita berada diambang garis kemiskinan seperti yang dikatakan orang lain, tapi kita bisa berbagi, dan tidak pernah terbesit untuk saling memparasit. Saat kita berseragam putih biru, saat teman lainnya pergi ke sekolah sudah menggunakan kendaraan bermesin, tetapi kita masih sibuk mengayuh sepeda tanpa memandang iri, dan ketika aku telah lelah mengayunkan kakiku  mencapai tujuan kita yaitu sekolah, engkau mengulurkan tanganmu dan menarik tanganku agar aku bisa lebih cepat menanjak sepeda agar kita tidak terlambat datang ke sekolah. Ketika orang lain bisa jajan, kita hanya bisa melihat dengan berdiri di atas pagar sambil bercerita tentang kehidupan dan jikapun kita punya uang untuk jajan, kita hanya bisa membeli satu buah es dan kacang tempe yang harus dibagi dua agar diantara kita tidak ada yang kelaparan atau kehausan. Sungguh kesedihanku sangat beralasan sekarang ini, engkau tidak pernah memberikan beban yang berat untukku walau sekalipun untuk kepentinganku. Saat aku melakukan penelitian untuk tugas akhir, yang harus mendaki beberapa gunung, engkau menemani dan memilih membawakan palem berduri ditanganmu tetapi memberikanku untuk membawa daun saja, saat aku hanya punya uang membeli sebungkus nasi, engkau rela menahan lapar agar uangku tak dihabiskan agar bisa dimanfaatkan untuk yang lain. Tuhan mengirimkanku sahabat yang luar biasa yang berjuang bersama dan begitu besar pengorbananmu walau kau tak pernah mendapatkan apa-apa dariku. Kini, aku tidak sedang bersama sahabat sepertimu namun aku bersama dengan teman yang membuatku penuh kekecewaan, sakit hati, dan intrik. Aku merasa rapuh tanpamu, aku sangat merindukanmu menghadapi semua ini. Walau telah ku coba membuka diri dengan memaksimalkan segala kebaikan untuk orang lain namun tak pernah ku dapatkan lagi seorang sahabat seperti dirimu lagi RHY.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita curahkan komentar, jangan ditelan begitu saja!