Jumat, 16 Maret 2012

Terima Kasih Pak Guru

Keluar dari ruang seminar menuju kantin agar bisa sarapan, dengan langkah pasti kaki menuju sasaran namun terhenti karena wajah ingin memberi ekspresi kepada seseorang yang sudah dikenali. 

google.co.id


Student: ( menganggukan kepala dan memberi senyuman)
Lecturer : "Kenapa kamu? Gimana jadinya penelitianmu?"
S : "masih belom pak"
L: (mendekat, berdiri tepat didepan wajah) kenapa belum?
S: masih mempertimbangkan waktu, Pak
L: Iya, itu memang penting. dan Kenapa dengan waktu? masalah uang juga? Kamu harus mikirin mau kerja apa kamu nantinya, pilihannya kamu harus penelitian 3 bulan tapi cuma sebegitu saja, atau kamu mau menambah 1 semester lagi untuk menghasilkan data yang bagus! (jadi pilihannya data yg bagus atau masa studi singkat?) dan saya tahu kamu punya pengetahuan tentang itu, pengetahuan kamu tidak 0 dalam bidang itu, pustaka kamu juga bagus, masalah penelitian kamu juga ada. (Wew, padahal pas kuliah dia dulu, mana ada puji-pujian semacam ini? beraninya memuji pas bertatap muka berdua saja)saran saya, kamu ngambil data satu tahun aja. (sepertinya si L ini pengen saya lulus 2,5 tahun).
S: (melongo)
L: kamu jawab donk!
S: IYa Pak, karena penelitian saya akan ada analisa genetiknya pak, jadi kata si Bapak D mungkin satu tahunan untuk mencari kode gen nya pak.
L: Nah, kan saya gak ngomong lo sama pak D.
S: (siapa juga yang nuduh bapak ngerumpi sama pak D) Iya pak, saya mengerti.
L: Yah, jadi gitu yah...
S: Iya Pak, terima kasih. ^_^

Tiap kali ketemu nih dosen, perasaan tenang menjadi galau, perasaan kaku menjadi cair, orang diam menjadi berapi-api dsb. Bapak ini ibarat kompor, senang memanaskan hati dan pikiran oran lain. Tapi terus terang saja, berdampak positif sekali pada motivasi saya yang sebelumnya belum panas memikirkan masalah penelitian sekarang jadi memusingkan sendiri masalah penelitian. Saya selalu teringat kata-kata si Bapak yang begitu menusuk dikalbuku waktu dia memberi kuliah yang hampir setiap ketemu tak luput dengan perdebatan. "Fight, Fight, ayo lawan saya", kata si bapak ini setelah kesan pertama bertatapan muka dengannya terlibat proses perdebatan yang memicu emosi jiwa, eh ternyata selalu memancing malah untuk mendebatkan dirinya. Bapak, saya akan ingat selalu kata-kata itu, dan semoga dilain kesempatan (mungkin 1tahun lagi) bisa punya kesempatan untuk beradu mulut lagi dengan Bapak, tapi tentunya setelah saya mendapatkan bekal yang lebih match dengan pengetahuan bapak, biar semuanya menjadi seru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita curahkan komentar, jangan ditelan begitu saja!