Jumat, 26 Februari 2010

RENUNGAN

Harga dari sebuah waktu

”Demi masa (waktu), sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh dan saling berpesan untuk selalu bersabar.” (QS. Al-Ashr:1-3)
1. Hidup di Dunia hanya Sementara
Hidup di dunia sangat singkat! Allah telah memberi petunjuk kepada manusia seperti tercantum dalam QS. Al-Mu’minun:114 sebagai berikut: ‘Kamu tidak tinggal di dunia, melainkan sebentar saja, jika kamu mengetahui.
Ketika sewaktu-waktu malaikat datang menjemput, maka habislah riwayat hidup kita. Sudah tidak ada lagi kesempatan untuk mencari bekal hidup di kemudian hari. Padahal perjalanan masih jauh, apakah kita tidak kehausan di perjalanan? Jika seumpama kita sewaktu hidup di dunia bergelimang harta, belum tentu kelak kita dapat tinggal dalam satu rumah dan memakai pakaian rapi serta berselimut. Sebaliknya bisa jadi kita kelak hidup sebagai gelandangan, tidak berpakaian dan berselimut serta tidur tidur diseberang tempat yang dinginnya menyengat tulang.
2. Menyia-nyiakan Waktu
Marilah sekarang kita berhitung, intropeksi diri, sebenarnya apa yang telah kita perbuat setiap hari. Kita pergunakan untuk apa waktu kita mulai dari bangun tidur sampai akan tidur lagi. Kalau satu hari terdiri dari 24 jam, kita gunakan untuk berkerja atau mencari ilmu kira-kira 9 jam, kira-kira menggunakan untuk perjalanan 2 jam, untuk sembahyang 15 menit x 5 = 1 jam 15 menit. Sedang untuk tidur 8 jam dan untuk lain-lain 3 jam 45 menit, jumlah 24 jam.
Setelah dihitung, sekarang umur kita berapa? Yang sudah jelas adalah bahwa sepertiga dari umur itu telah dipergunakan untuk tidur mendengkur di ranjang. Untuk keperluan sembahyang tiap hari hanya membutuhkan waktu 1 jam 15 menit, lebih pendek dari waktu untuk “keluyuran”.
Kalau hidup ini diartikan sebagai kesempatan untuk mencari bekal guna hari esok dan hari akhir, maka logikanya waktu yang kita miliki ini harus kita pergunakan sebaik-baiknya, seefisien mungkin, agar kita dapat memperoleh bekal yang cukup banyak untuk hidup di dunia ini maupun di akhirat.
Allah Swt. Telah memberi kita kesempatan, maka kita harus bergegas dan berlari mengejar waktu, sebab kita sudah jauh tertinggal. Jangan sekali-kali menyia-nyiakan waktu. Ketahuilah bahwa kalau kita ditinggalkan waktu, maka kita sudah kehilangan kesempatan, maka segeralah selagi kesempatan masih ada di depan kita. Posisikan diri, jangan sampai kita diatur oleh waktu tetapi diri kita yang harus pandai mengatur waktu. Mengisi waktu berarti kita telah membuat rencana.
3. Hidup adalah Realita
Hidup adalah tantangan, kita ditantang untuk dapat menciptakan kemandirian dalam ketergantungan. Kita ditantang untuk ketenangan selagi dalam kegelisahan. Kita ditantang untuk menciptakan keputusan dalam kebimbangan. Kita dituntut menciptakan ketegangan selagi dalam kerawanan dan kerapuhan. Dan akhirnya kita dituntut untuk bertanggung jawab dalam kebebasan.

Salah satu kunci surga adalah kuat iman dan takwa. Mengapa harus kuat?
Kenapa iman harus kuat, sebab kadar keimanan seseorang bisa berubah setiap waktu. Karena manusia hidup dihadapkan berbagai tantangan dan godaan, maka barangsiapa yang imannya lemah, akan mudah terombang-ambing oleh keadaan.
Orang harus berupaya agar imannya selalu terjaga dari semua godaan dan pengaruh buruk yang mengancam dirinya. Orang harus waspada terhadap setipa bisikan setan yang selalu mengintip untuk mencari kelemahan manusia, kemudian mengajak untuk mengikuti bisikannya.

Referensi : Koesman H.S. 2008. Etika dan Moralitas Islami. Semarang: Pustaka Nuun.