Selasa, 17 April 2012

Kebun Binatang Bandung

Satu tahun sudah merantau di Pulau Jawa tepatnya di Jawa Barat, dan untuk kesekian ratus harinya selama disini barulah tergerakkan dan tersampaikan berpiknik ria bersama teman2 mengunjungi tetangga di Kebun Binatang. Bagaimana tidak, saudara-saudara, saya tinggal di belakang kebun binatang, setiap hari melintas di depan kebun binatang, namun mengunjunginya juga belum pernah. Alhasil saya akhirnya pergi juga kesini. Perlu anda ketahui, tiket masuk di Kebun Binatang ini mengalami fluktuasi harian, jam 7 saya melintas, tertulis Rp.15.000, sorenya saya pulang dari kampus menjadi Rp.20.000. Apalagi dihari Sabtu dan Minggu, tiketnya rata-rata Rp.20.000, tapi pada hari tidak libur, saya pernah ngintip cuma Rp.11.500. Jadi tak pasti harganya. Well, kata teman saya, pergi piknik itu yang penting adalah foto-foto So that mari publish fotonya. :p

Iguana sp. nih namanya iguana. jangan sampai gak tau klw ketemu di alam. termasuk binatang yang dilindungi lho.

tenang, walaupun namanya kebun binatang, tapi ada sepeda air dan perahu dayung juga lho.

ni, yang paling banyak di bonbin bandung. actionnya itu lho yg selalu mengagumkan.

Unta

lagi ngapain mas? atau mbak ?

nongkrong ah..

sungguh, seperti wajah penuh beban

gajah






tapir sedang mandi

lagi marahan kayanya



merak, berlama-lama nunggu ekornya mekar. eh...malah dicuekin sama si burung ini

Minggu, 15 April 2012

Untuk Ibu


Ibu…
Aku sedikit kaku dengan panggilan itu
Aku tak terbiasa denganmu
Bukan karena kau tak sayang padaku
Bukan pula aku membencimu
Ibu..
Kini aku sudah dewasa
Namun aku hidup tak mudah tanpamu
Ibu…
Mungkin kelak aku akan menjadi sepertimu
Namun aku tak tau bagaimana menjadi sepertimu
Ibu..
Maafkan anakmu…
Tidak bisa memberikan terbaik untukmu
Bahkan alpa mendoakanmu
Ibu..
Aku kini menderita tanpamu
Aku tak punya sandaran di dunia ini
Ibu…
Sungguh aku rindu padamu
Sungguh aku memaksa otakku untuk mengingatmu
Karena dengan sedikit mengingat kenanganmu
Membuat aku merasa nyaman
Ibu…
Aku bahkan membayangkan
Bagaimana jika Kau ada
Apa aku akan menjadi kaku memanggil Ibu
Ibu…aku tak menyalahkan takdir kau tak disampingku
Namun sungguh, aku teringat denganmu
Aku ingin mengingat sedikit saja kasih sayangmu
Agar aku tetap kuat menghadapi hidup ini
Walau tanpamu Ibu…
Ibu…
Mungkin engkau selalu menunggu
Doa dari anak-anakmu untukmu
Maaf Ibu…
Aku bahkan telah jauh memikirkan dunia
Hingga lupa untuk menghembuskan doaku
Ibu…
Disaat rapuh seperti ini
Aku bahkan berpikir ingin bersamamu
Karena merasa tak mampu mengarungi hidup ini
Ibu…
Namun, demi Ibu..
Aku harus berjuang hidup
Untuk mendoakanmu
Ibu…
Maaf atas kekhilafan hidupku
Aku akan tetap terus hidup
Walau kau tak ada disisiku
Ibu…
Aku akan berjuang menjadi anak baik
Demi Ibu..
Demi melihat Ibu bahagia disana..
Agar aku bisa menemui Ibu..
Setelah aku bisa menyelesaikan hidupku di dunia fana ini…

Kamis, 12 April 2012

Maafkan ku Mencintaimu Tanpa Suara

Ku tau kau mengusikku
entah untuk apa dan mengapa
Namun tiada berbalas
Bukan ku tak dengar
Bukan ku tak tau
Namun ku takut
semuanya menjadi hebat
Untuk menatap matamu
aku butuh kekuatan
agar perasaan ini tak kau ketahui
Namun dari hari kehari
Semua ini semakin ganjil
Ku takut kalau sampai kau tau
Tentang perasaanku
Aku hanya ingin menatap indahmu
dari kejauhan
Merasakan pesonamu
namun ku tak ingin memiliki pesonamu
karena semua itu justru menghancurkan pesonaku.

Selasa, 03 April 2012

Karena Aku Hidup Dengan Kebaikan

Pernahkah merenungi seberapa besar kebaikan yang telah di dapat selama hidup di dunia ini dibandingkan dengan keburukan dan kejahatan yang terjadi seumur hidupmu? saya sendiri tak begitu sengaja teringat dengan hal semacam ini, mungkin sebagian orang dianggap sepele, namun bagiku tidak, semuanya begitu berarti dan memberiku energi untuk berbuat baik, menjadi power untuk memberikan yang terbaik walau dalam hal sepele sekalipun.

Dimulai dari lahir, begitu banyak kebaikan yang diberikan oleh orang tua kita. Sudah jelas, hampir tak hingga (tak bisa diperdebatkan lagi, kecuali anak durhaka). Berapa karung beras yang telah digunakan oleh orang tua saya sehingga saya bisa sebesar ini, dan seberapa banyak uang yang telah ia keluarkan untuk biaya sekolahku hingga ke tingkat magister sekarang ini? jelas, aku bahkan tak ingin menghitungnya namun harus ku kenang selamanya.

Namun, pernahkah juga anda merasa terharu karena kebaikan orang lain yang berkerabat sangat jauh yang tidak ada hubungan darah dengan anda? bagi saya, saat ini saya terngiang-ngiang dengan sebegitu banyak kebaikan yang diberikan oleh orang asing dalam hidup ini. Sampai berumur 21 tahun saya hidup dalam sebuah pulau dengan didominansi suku Melayu dengan bahasa per desa/daerah hampir dengan dialek yang berbeda namun disinilah aku memanen segala kebaikan yang membuat aku tak bisa menjadi jahat. AKU TERBIASA HIDUP DENGAN KEBAIKAN, menjadikan kekuatan dan dorongan untuk tetap memberikan pesona kebaikan bagi siapa pun.

Teringat kebaikan yang pernah dilakukan oleh teman baikku saat aku sedang melakukan penelitian. Mulai dari harus bangun jam 4 subuh untuk membantu ku memasakkan makanan untuk dibawa ke gunung, menemani perjalananku, membawakan barang-barangku yang begitu berat, terdampar ikhlas di terminal karena ketinggalan bis, berlelah menebang rotan yang berduri dan bahkan rela kelaparan bersama.

Saat aku kuliah kerja nyata di suatu desa pedalaman, seorang ibu- ibu memberikan ongkos untuk pulang setelah aku mengunjunginya kembali walaupun kkn telah usai. Ya, aku memang masih sering mengunjungi desa itu walaupun tugas kkn tlah usai. Hal sama juga dilakukan oleh pemuda-pemudi dsana yang tetap mengunjungi ke kota tempatku studi saat itu. Segala kebaikan bertaburan disana, makanan yang tak hentinya datang silih berganti baik dari kades, warga, pemuda-pemudi yang mengunjungi posko kkn kami walau kita semua pasti tau bahwa desa tempat kkn bukanlah desa yang maju. Mereka juga berada dibawah garis kekayaan, namun tak menyulutkan sikap memberi mereka. 

Dalam keluarga dan tetanggaku juga, setiap hari raya, aku terbiasa panen uang dari paman, bibiku walaupun aku sudah sebesar ini (yg seharusnya membalas budi baik mereka). Keluargaku terbiasa menerima makanan pemberian tetangga yang sekaligus saudara kami. Saya benar-benar terbiasa dengan semua itu. Namun itu semua adalah masalalu, aku bukan hidup pada pulau asalku. aku kini hidup di sebuah kota besar yang sangat jauh berbeda dengan adat budaya di daerahku. Mengharapkan sebuah kebaikan dari orang lain? MIMPI. Jangankan berharap orang lain baik, kita sudah berbuat baik semaksimal kita sendiri, bahkan PENGKHIANATAN Terkejam adalah balasannya. Dalam masyarakat kampungku, orang yang cenderung menuju garis kemiskinan, namun justru lebih aktif "memberi kebaikan". namun disini sepertinya orang miskin atau siapapun pantang memberi sedikit kebaikan saja apalagi uang. Saya banyak mengamati dari warga disekitar kota besar ini sekaligus bergaul dengan beberapa teman. Kesimpulanku tetap sama "dsini semuanya berbeda". 

Namun, apakah aku harus menjadi jahat setelah disini karena tak kunjung menemukan orang tipikal masyarakat seperti dikampungku? Tentu saja tidak. Kebaikan harus tetap ditabur dimana-mana, apapun lingkungan yang dihadapi sekarang ini tak kan membuatku diubah oleh lingkungan. Semoga Allah senantiasa memberi kekuatan untuk kita terus dapat berbuat baik pada siapa saja, dan dalam kondisi apa pun.