Rabu, 30 November 2011

Takut Tak Berjodoh

"Kalian, abis lulus ini, nikah aja, karena kalau udah kerja atau studi lanjut, Sulit lho menemukan jodoh", kata seorang dosenku waktu jaman kuliah dulu. 1 bulan lagi, semester baru dimulai, tahun berganti dan umur bertambah. Sementara melihat keadaan sekarang...Oh no...no... jangan2, ucapan dosenku dulu benar-benar terjadi "sulit menemukan jodoh", atau bahkan "tak nikah sampai mati", Ahh.... kenapa lagi harus ada "broken hearth" segala 3 tahun lalu? kalau tidak ada istilah itu, mungkin bisa saja, ku terima cinta yang lain, hingga ada cadangan jodoh.Haaaha...sekarang, sudah kuliah level 2, sepertinya memang akan sulit ketemu jodoh. Arrghhhh...tidak....melihat teman dengan pasangan yang belum resminya saja, udah ngiler...apalagi liat teman dengan pasangan resminya...lebih laggiii. Oh..oh...tidak...tahun 2012..tahun ke-4 "empty heart" karena patah...patah...patah....dan belum bisa tersambung lagi. Lalu apa kaitannya pacar sama jodoh ya? belum tentu juga, sang pacar adalah jodoh, tapi banyak orang berjodoh juga karena pacar---an. O_O apa-apaan saya, jadi mikir seperti ini?? seperti tidak beriman sajaahh..."jodohkan ditangan Tuhan", bisa saja walau tak ketemu calon jodoh di kampus, bisa jadi Tuhan mempertemukannya di Mall kah, di toko buku kah, di hutan kah, atau malah ketika sedang di kuburan? Ihhh... Ya sudahlah.... hal seperti ini sepertinya tidak terlalu mengganggu hidup saya, ngapain dipikirin lagi. :-p,

Senin, 28 November 2011

Sebuah Harapan Untuk Hidup

keputusasaan melanda..
ketika tau raga ini telah rapuh..
hanya kematian yang terasa dekat
namun masih mengharap sebuah kesempatan untuk sembuh kembali
dengan alasan pada Tuhan, "masih ada yg harus ku lakukan di dunia  ini"

dulu raga ini pernah berjaya dengan penuh kekuatan
 namun, malah maksiat dan kesombongan yang dikobarkan 
sekarang datang peringatan Tuhan 
melalui sakit yang di derita
yang menguras segala kekuatan raga
 hingga kejayaan seakan tinggal kenangan 

Berharap bisa melakukan aktivitas maksimal
 namun seakan tak kan mungkin kembali
justru sakit ini selalu berkembang mencapai puncak tertinggi
hingga meruntuhkan segala cita yang tinggi

setetes kehidupan masih ku harapkan
setelah bisa membuat bahagia seorang ayah
Tentu Tuhan aku akan kembali disisimu
Namun beriku kesempatan unttuk bisa sembuh kembali

Antara Gunung dan Kamera (Hobi dan Cita-cita)

Jika memang harus kehilangan kamera lagi...itu sudah takdir!..Hanya selang 7 bulan, 2 kamera digital hilang ketika saat turun gunung. Semakin bingung dengan diri sendiri, mengapa harus terjadi ? dan selalu bertempat di gunung? Tapi ya sudahlah, semuanya terjadi pasti dengan izin Allah. Terlalu fokus menjaga diri raga untuk bisa pulang dengan selamat, karena fisik sudah tidak seperti dulu lagi hingga tak mempedulikan barang-barang lagi. Mungkin Tuhan ingin menunjukkan padaku, ketika sakit, hanyalah kesembuhan dan keselamatan yang diinginkan, tidak perduli dengan segala harta dunia lagi. Apakah Tuhan ingin menunjukkan sesuatu dibalik semua ini? Gunung dan Kamera. 3 Tahun lalu aku begitu bangganya telah mendaki hampir semua bukit yang ada di Bangka bersama beberapa teman, kebanggaanku karena bisa mencapai puncak tertinggi di Pulauku, hingga aku merasa kuat dan merasa aku begitu punya kemauan kuat untuk mencapai segala sesuatu. Sementara Kamera, itu adalah suatu hobi ketika dari SMP dengan selalu meminjam kamera orang lain aku bisa memotret hingga sampai kuliah s1, namun ketika ada uang, aku terlalu bernafsu membelinya dan ternyata hilang setelah 6 bulan membelinya dan tak puas dan merasa risih tanpa si kamera, aku membelinya lagi dan hilang lagi setelah 7 bulan. 2 kejadian itu, selalu terjadi di gunung dan pada saat turun, sungguh mungkin Allah ingin menunjukkan sesuatu padaku, mungkin sebuah peringatan, teguran ataukah balasan. Saya tidak teralu cemas ketik kehilangan 2 kamera itu, namun saya takut jika tidak menemukan hikmah dibalik kejadian itu.

Rabu, 23 November 2011

Argumen oh Argumen

Alangkah lucunya beberapa orang di negeri ini. Tidak menyangka bahwa ketika seorang mahasiswa A yang sedang mengajukan sebuah proposal penelitiannya di hadapan seorang dosen terlibat dalam adu argumen yang cukup panjang dimana sang dosen dan mahasiswa tersebut mempunyai argumen yang kadang ada hal  bertolak belakang, dan bisa dipastikan juga pasti sang dosen mungkin justru menguji pengetahuan sang mahasiswa tersebut mengenai topik penelitiannya. Bisa dibayangkan kondisi tersebut tentu membuat tegang seisi kelas. Dan adu pendapat tersebut berhenti ketika sang mahasiwa sudah berhenti berkata karena justru merasa sudah sedikit menyimpang dari topik bahasannya.

Kemudian beberapa minggu setelah itu, si mahasiswa tadi terlibat beberapa percakapan dengan temannya yang menyatakan bahwa si mahasiswa tersebut "nyolot".' Kamu kok gitu sih, eh, itu dosen lho, mereka lebih pintar dari kita, kamu seharusnya tidak seperti itu', kata si temannya. Kemudian ada lagi temannya yang lain memberikan statement lagi, " Eh ya, kita itu kalau mo ngelawan (membantah argumen/ memberikan argumen) cukup 1 kali aja, ga usah sampai berkali-kali dst'.

Si mahasiswa tersebut, tertegun, terpekur, terdiam, dan tersentak mendengar statement teman-temannya. Dia kaget dan syok bukan justru karena saling adu dengan dosen tadi tapi karena penilaian teman-temannya padahal si mahasiswa tersebut tidak meminta penilaian mereka. Sepulang dari kampus, ia berpikir keras tentang "judgement" teman-temannya tadi. Penasaran akan hal itu, dia berusaha memancing pendapat dari temannya yang lain dan didapatlah sebuah statement lagi " Kamu kalau disini bisa aja seperti itu, coba aja lu kalo di tempet laen". Si mahasiswa tersebut berpura-pura mengangguk-anggukan kepala seolah tanda menyetujui bahwa ia telah salah bertindak demikian kemarin. Padahal didalam pikirannya, ia tetap tidak menyetujui pernyataan teman-temannya tersebut karena ia tahu bahwa dia berada dan tinggal di Indonesia yang menganut paham demokrasi yang melindungi kebebasan mengeluarkan pendapat.

Pasal 28 UUD 1945
"Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang."

Apalagi dia berpikir bahwa dia beragumen dalam konteks ilmiah yang memperdebatkan hal yang seharusnya memang untuk dieksplore lebih lanjut dengan bantuan pemikiran kritis sang dosen tadi melalui adanya perbedaan-perbedaan pendapat. Toh, adu argumen itu juga tidak memicu adu fisik yang mengarah ke kriminal dsb kan? Si mahasiswa A tersebut berpendapat didalam pikirannya sendiri mungkin teman-temannya ketika kuliah-kuliah tidak pernah terlibat suatu perbedaan pendapat dengan dosennya atau orang yang dianggap lebih pintar atau lebih tua padahal mereka punya suatu pendapat yang berbeda pada saat itu namun tidak diungkapkan karena mungkin dengan berbagai alasan "takut bermasalah, takut ancaman nilai dsb".

Setelah kejadian itu, si mahasiswa A sempat terpuruk karena "judgement" yang terlalu sadis dari beberapa temannya. Padahal ketika itu, dia berharap bahwa temannya tidak memberikan vonis seperti itu tapi justru membantu memberikan pengetahuan tambahan tentang penelitian dia tadi dengan pustaka ilmiah (bukan asal cerocos saja). Namun, setelah itu dia sadar bahwa untuk apa memikirkan penilaian yang seperti itu, toh penilaian yang paling bergengsi itu ketika dipandang baik oleh Allah ketika sudah menjalankan segala perintah dan meninggalkan LaranganNya bukan penilaian dari temannya. 

Yang penting prinsipnya adalah bisa menyampaikan argumen yang harus selalu lurus dalam konteks ilmiah, akademis tanpa menyimpang suku, agama dan ras. Apalagi ada sebuah statement bahwa "Argumen itu tidak salah, hanya saja perlu pembuktian untuk membenarkannya". So, masih perlukah kita membungkam pikiran kita untuk mengeluarkan argumen kita karena takut dinilai buruk, atau mendapat masalah? kembali kepada pemikiran kita masing-masing. Perbedaan itu seni, alangkah ngerinya dunia ini, jika semua orang berpikir sama, berwajah serupa!
Hidup negara demokrasi! Gunakan hak berbicara benar, Jangan sampai membungkam suatu pendapat dalam pikiran kita sendiri.

Minggu, 20 November 2011

THE REAL FRIENDSHIP

Sejak mulai kelas 1 SMP hingga SMA, aku dan dia berada dalam 1 kelas, dan keseringan 1 bangku. Berarti persahabatan karib kami jalani sudah 6 tahun, bertatap muka di kelas setiap hari kecuali hari libur sekolah. Setamat SMA, aku dan dia berencana kuliah di kota, aku berniat masuk Biologi, dia berniat ke Pertanian. Aku lulus tes, namun dia tak jadi daftar ke Pertanian, tapi justru ke jurusan kesehatan karena mengikuti saran kakaknya. Saat masa pendaftaran kuliah, aku dan dia selalu pergi bersama menaiki Bus dari Desa kami, kemudian menginap di rumah saudaraku. Satu hal yang paling mengesankan ketika "wong deso" naik mobil adalah mabok kendaraan alias muntah2 termasuk saya.Hahahaa... namun karena aku terbiasa mengkonsumsi antimo, aku bisa tertidur pulas dan tidak mabok. Sementara dia, ku lirik sedikit ke arah wajahnya yang begitu pucat menahan isi perutnya yang selalu ingin keluar, dia selalu menyiapkan kantong plastik., aku begitu kasian melihat dia, begitu besar perjuangannya waktu itu yang kami lewati bersama. Selain daftar di jurusan Biologi, sedangkan dia di kesehatan, kami berdua juga daftar di jurusan statistik yang apabila lulus akan mendapat sekolah gratis di Jakarta. Kami menuju tempat pendaftaran, ternyata tempatnya tidak dilewati angkot, akhirnya kami berduapun harus jalan kaki selama 1 jam untuk menuju jalor angkot.
Setelah pengumuman, aku  memang sudah diterima di Biologi, namun ternyata dia tidak diterima di Kesehatan dan Statistik. Selama 1 tahun kami tak bersama, namun 1 tahun kemudian dia mendaftar kembali di Fakultas yang sama denganku yaitu pertanian. Semenjak itu, kami hidup dalam 1 rumah kost, makan bersama, ngerumpi dll. Begitu banyak cerita pengalaman aku bersamanya, mulai dari menjadi pembimbing kelompok Ospek, acara keagamaan, sampai ketika acara Mapala. Tak jarang kami berdebat dan cekcok, namun tak pernah sampai berlama-lama. Hidup dengan dia dalam 1 rumah begitu penuh canda dan keusilan yang kubuat, setiap hari kami memasak dan tak jarang pula kami memetik daun singkong tetangga untuk dimasak. Ketika pulang kampung, kami berdua pun selalu membawa bekal dari kampung, mulai dari beras, sayur, ikan asin, sampai cabe dan bawang hingga kami tidak begitu banyak menghabiskan uang belanja.
Ku akui hidup bersamanya begitu indah, begitu penuh kesederhanaan dan tekad kuat untuk meuntut ilmu, hingga kami pun saling memotivasi. Terakhir ketika aku melakukan penelitian skripsi, dialah orang yang paling banyak membantu, 4 gunung ku daki bersama dia untuk melakukan penelitian, dan beberapa hutan lainnya. Dia sangat kerepotan membawa sampel palem yang begitu banyak duri, sementara aku hanya membawa daun2nya. Hingga pada saat seminar dan sidang, dia begitu banyak membantuku. Sampai pada saat aku wisuda, dia hadir walaupun harus menunggu diluar ruangan. Mengingat semua tentang dia, aku mejadi begitu terharu, mungkin seumur hidup, aku tidak akan pernah menemukan orang seperti dia lagi. Sekarang aku kembali menuntut ilmu di luar pulau dan sekarang diapun telah diwisuda, namun hatiku begitu sedih melihat kenyataan, aku tidak bersamanya lagi dalam sebuah perjuangan ini. Aku sangat berharap, dia juga akan meneruskan studinya lagi di sini, agar aku benar-benar merasa hidup penuh semangat juang seperti dulu bersama dia karena hampir setengah umurku aku selalu berjuang bersama dia. Aku akan lebih bahagia ketika aku bisa mendapatkan kesuksesan bersama dia.
I miss U so much my friend.. I always wait U for study together again. SMP-SMA-S1, n I hope until Master Degree.

Jumat, 18 November 2011

Because of Conan


Seingatku, sejak kelas1 SMA, aku begitu sangat tertarik menonton Conan. Di tambah dengan terbitnya komik Conan, aku semakin menggilai cerita si Conan. Teringat pula ketika interview masuk kuliah, aku ditanya seorang dosen, "kamu suka baca buku apa?" spontan lidahku menjawab "Detective Conan", Oh, anak saya juga suka itu, jawab sang dosen tadi.
Tidak berhenti di masa SMA dan kuliah aku membaca cerita detective ini, berlanjut ketika sampai kuliah dan masa akhir kuliah s1. Dan setelah tahu bahwa Conan menggunakan nama samarannya, terinspirasi dari buku yang dibacanya "Sherlock Holmes". Penasaran akan hal itu, aku langsung hunting buku sherlock holmes, dan ternyata sangat seruu... hampir semua koleksi Sherlock Holmes ada dalam koleksi bukuku.. Saat membaca cerita seperti ini, kadang aku juga ikut menganalisis siapa otak kejadian dari sebuah kasus itu, bahkan kadang menebak2, dia atau dia yang jadi tersangkanya. Menganalisis jejak terkecil untuk merangkai suatu kejadian menjadi keahlian si Conan ini yang pada akhirnya dalam kehidupan nyataku Aku menggunakan teknik ini. Setiap orang yang mencoba berbicara kepadaku, aku bhkan selalu berpikir, untuk apa, dengan tujuan apa, apakah ada niat buruk dsb..hingga sekarang bahkan ketika seseorang mencoba memberi suatu saran yang padahal aku tak minta, aku selalu berpikir, mengapa dia mau menyarankan, dengan motif apa, apa untuk menjatuhkanku dll. bahkan ketika seorang pria yang mengatakan cintanya, aku bahkan selalu mencurigainya, dengan tujuan apa, dengan niat apa, dan motif apa..apakah hanya untuk menghancurkan masa depan? apakah untuk memanfaatkanku? dll..bersyukur aku bisa berpikiran seperti itu, namun ku sesali ketika aku berpikir terlalu jauh terhadap suatu hal sederhana..yang menjadi rumit ketika masuk dalam pikiranku... mungkin ini adalah pengaruh dari buku yang aku konsumsi selama beberapa tahun..hingga cara pikirku kadang sangat berbeda dengan orang lain dan tak jarang sering menimbulkan konflik dan perdebatan panjang. ^_^

Minggu, 13 November 2011

Andai Waktu Dapat Terulang

Bangun pagi memandang jam, Ohh masih jam 8.. tidur lagi hingga jam 12..mumpung libur kuliah, sabtu, minggu dan senin. Setiap hari dihabiskan untuk menonton film, bermaen game dan bila lapar pergi ke luar untuk menemukan makanan. Terarah mata memandang buku warna-warni rekaman hati dari masa lampau hingga sekarang. Ku raih dan menyandarkan punggung ke dinding. Ku buka helaian buku ini, ku baca dan ku ingat2 kembali beberapa peristiwa yg telah menjadi sejarah hidupku. Masa SMA yg telah kulalui mulai dari 8 tahun ke belakang. Aku tersenyum melihat tulisan-tulisan itu yg membuatku berada di masa lalu. Ternyata, dulu aku seperti itu,,aku benar2 terkagum-kagum mengingat masa-masa itu. Tiada hari tanpa belajar, tiada hari tanpa bersemangat, dan sangat jarang untuk tidak muncul di sekolah, prestasi yg tak jauh dari angka 1 dan 2 di kelas, membuatku bangga akan diriku yang dulu. Aku begitu mencintai sekolahku, sepulang sekolah, mandi dan shalat, mengerjakan PR, belajar dan terus belajar. Ketika libur tiba, perasaan resah gelisah karena lama akan tak berjumpa dengan sekolah. Memang, ada yang lain membuatku bersemangat ketika itu, tak bisa dipungkiri karena adanya perasaan suka pada salah satu penghuni sekolah. Hahaha...mengingat itu aku menjadi tertawa terbahak-bahak...namun, lamunanku terhenti ketika mengetahui keadaanku yang sekarang, bagai kehilangan arah dalam hidup. Frustasi menghadapi dunia nyata, aku larut dalam dunia lain, jangankan untuk bersemangat ke kampus, belajar ketika ujian pun hampir sangat jarang. Hidupku seakan telah mati, tidak ada semangat, tidak ada tujuan. Aku benar-benar ingin menjadi seperti aku yang dulu, namun begitu berat untuk bisa seperti itu lagi, aku ingin seperti dulu yang sangat disiplin dalam segala hal. Andai waktu dapat ku ulang, aku takkan membiarkan diriku terbuai seperti sekarang ini.

Jumat, 11 November 2011

Jangan marah

Cara terbaik untuk membalas dendam terhadap orang yang menghina Anda, adalah menjadi lebih berhasil daripadanya.

Keberhasilan menyelesaikan banyak masalah Anda, dan - lucunya - menjadi masalah baru bagi orang yang membenci Anda.

Tapi, janganlah menjadikan kebencian orang lain sebagai penghalang keberhasilan Anda.

Apa pun kata orang lain, belajar dan bekerja keraslah untuk keberhasilan Anda.

Jangan marah, balaslah dengan keberhasilan..
 
Reference:
Mario Teguh - Loving you all as always

Selasa, 01 November 2011

Game dan Film Animasi menjadi Zat Candu penghancur pikiranku

Lelahh....pulang kuliah, lempar tas, buka laptop, ngegame sampai menyelesaikan beberapa level, menunggu ada level yang gagal baru berhenti. Emosi tidak dapat menyelesaikan level tersebut, ku mulai memutarkan film kartun, animasi favoritku dan terkagum-kagum melihat efek2 animasi yang dibuat oleh sang pembuat film tersebut, sambil menikmati cerita sampai membawa jiwa dan pikiranku masuk didalamnya, hingga kadang merasa akulah yang menjadi sang bintang di tokoh animasi tersebut, terbuai dengan cerita petualang yang selalu hampir melibatkan cerita cinta indah di film tersebut, aku benar-benar melupakan dunia nyataku. Tak puas dengan keindahan cerita dan efek animasi film tersebut, aku menonton lagi dan lagi hampir sampai 3 film sekaligus dalam sehari tanpa beranjak dari tempat duduk. Habis koleksi untuk ditonton, aku masih saja penasaran dengan level game yang aku selesaikan, hingga berlarut-larut malam berusaha ingin mendapatkan tropi level tersebut. Besok paginya, mata berkantung hitam seperti panda, dan badan begitu terasa lemas, pergi kuliah tidak semangat seperti waktu bermain game dan menonton film,.kemudian berpikirku karena tugas kuliah masih belum diselesaikan sementara teman lainnya sudah beres, timbul pertanyaan mengapa aku bisa begini? Oh Tuhan, apakah sebenarnya aku depresi menghadapi dunia nyata sehingga aku membiarkan diri ini terbuai dengan dunia tak nyata. Ahh....aku begitu tertekan menyadari hal ini..begitu lemahnya diriku yang tidak mampu lagi menghadapi dunia nyata yg jalannya tak selalu mulus, tropi prestasi tidak mudah didapat seperti dalam dunia game..cerita cinta yg tak indah seperti film animasi, petualangan yang tidak terlaru seru dibandingkan dunia fantasi yang terekam di otakku akibat dari menyerap, meresapi cerita animasi. Astaga..kapan aku bisa keluar dari jurang ini yang bisa menghancurkan masa depanku di dunia nyata yg seharusnya aku perjuangkan.Entahlah..sepertinya aku perlu banyak energi untuk bisa melepaskan diri dari zat candu satu ini...