Sabtu, 31 Maret 2012

Peringatan Untuk Tidak Ikut Demo

Mengingat peristiwa beberapa tahun ke belakang, saya masih duduk di semester 2/1 (saya lupa tepatnya) tingkat sarjana, saat itu tiba-tiba datang kakak-kakak senior dari fakultas teknik (mantan panitia ospek saya) ke depan gedung kampus saya untuk turun dan keluar dari gedung agar ikut demo menolak kedatangan presiden Bush ke Indonesia. Kala itu, saya masih berada dalam Lab praktikum, namun konsentrasi dan jantungku berdetak keras ketika mendengar suara teriakan dari bawah dengan menggunakan mikrophone dan diserukan dengan suara yang begitu kencang. Sambil mendengarkan suara teriakan demo dari Lab, aku tetap menulis hasil praktikum, namun ketika keadaan Lab sudah berisik maka aku keluar kelas disertai beberapa teman untuk melihat orang yang menjadi orator demo dan berencana untuk ikut juga. Namun baru keluar dari Lab belum sempat untuk turun gedung, tiba-tiba ada dosen datang dan menyuruh masuk kembali ke Lab sambil berkata "Ayo masuk-masuk, kalian masih kecil belum tau apa-apa". 

Bercerita mengenai mahasiswa yang demo dengan teman karibku, aku bahkan berkata "impianku saat kuliah adalah ingin juga merasakan bagaimana ikut berdemo memperjuangkan sesuatu", namun sampai aku memakai Toga aku tak kunjung diizinkan Allah untuk ikut berdemo.

Tahun 2011, aku mendapatkan sebuah rekaman mengenai "tragedi semanggi" tahun 90-an kalau tidak salah, berarti saat aku masih anak-anak. Begitu merindingnya saat melihat para mahasiswa yang meninggal dunia saat berdemo, mereka diperlakukan seperti penjahat sehingga menjadi korban yang meninggal saat berdemo. Melihat rekaman peristiwa ini, jiwa (entah nafsu dan amarah) semakin kuat untuk berdemo juga. 

Akhir Maret 2012, demo cukup besar juga terjadi di beberapa wilayah di Indonesia karena wacana kenaikan BBM. Saya yang juga rakyat yang berada dibawah garis kekayaan, diatas garis kemiskinan tepatnya ditengah garisnya tapi cenderung kebawah pasti juga akan terkena dampak kenaikan harga BBM. Setelah kenaikan BBM, dari hasil analisis sumber daya uang yang tersedia saat ini maka hampir bisa dipastikan tidak bisa membayar SPP semester 3 nanti, namun berharap beasiswa bisa cair sebelum masa pembayaran SPP agar tidak bermasalah. Namun, jikapun tidak ada uang untuk membayar, semoga saja ada kesempatan untuk menunda pembayarannya. 

30 Maret 2012, mendapat telpon dari sang Ayah tercinta untuk menanyakan perkembangan kuliahku, dan ternyata memastikan bahwa aku tidak akan ikut demo juga. Hoax...darimana Ayahku tau bahwa aku punya jiwa untuk berdemo juga?????..sudahlah. Aku memang sedikit panas melihat keadaan negara ini, yang dikerumuni pejabat yang korupsi, dihuni oleh penjahat berdasi, dikelilingi parasit berkedok hati, namun aku akan tetap mencoba Sabar (lebih cenderung pasrah) dan berusaha memperbaiki diri sendiri agar suatu saat nanti walau dikelilingi sistem yang buruk, namun jiwa ini tetap menjadi baik. Walau tak mampu membawa perubahan pada lingkungan, cukuplah aku yang harus berubah menjadi lebih baik di mata sang Pencipta.

Masih banyak usaha yang bisa dilakukan untuk mengatasi keadaan ini, yaitu BERHEMAT. hari kemarin masih bisa makan berlauk daging, maka kedepan harus bisa seperti kambing yang memakan sesuatu yang hijau yang jarang ku lirik selama ini. Protein masih bisa tercukupi dengan susu dan telur dan tempe yang bahkan lebih murah dari daging. Semoga keadaan ini justru memberiku kesempatan untuk bisa berhemat diri hingga bisa tahan pada kondisi surut sekalipun namun tetap bisa mengukir prestasi demi masa depan.

Bagi teman-teman yang ikut menyuarakan suara penderitaan rakyat miskin, tetaplah pada barisan kalian dengan hati yang murni dan suci untuk membela kepentingan umat, semoga Allah bisa melindungi jiwa dan raga kalian. Gunakan hak di negara demokrasi, walaupun mungkin begitu susah untuk didengarkan oleh para wakil rakyat. Siapa lagi yang harus menggiring para rakyat kecil karena yang demo selama ini hampir identik dengan rakyat kecil, miskin. Mana mungkin harus menunggu para perkumpulan warga negara yang besar, kaya, berdarah biru memperjuangankan kehidupan rakyat kecil.

Memang kontras, diantara sebagian mahasiswa yang sibuk ingin menyuarakan aspirasinya, sebagian dari lain yang mengaku mahasiswa juga malah menganggap kalian bodoh, tidak intelek, entah semacam hinaaan, cacian dsb karena aksi demo yang dilakukan cenderung anarkis. Padahal, semua itu pastilah ada sebabnya. Jika suatu aksi menyampaikan aspirasi tanpa melalui aksi demo pun sudah ditanggapi oleh pemerintah dsb, tentulah tak repot-repot turun ke jalan yang tentu butuh energi, makan, mental yang kuat. Namun, apalah daya, demo besar-besaran pun sebegitu dicuekkan oleh pemerintah, malah menyiapkan berbagai personel untuk membubarkannya, jelas sudah bahwa pemerintah tidak siap dikritik dan tidak ingin mendengar aspirasi dari rakyat, malah jika baru dilakukan pengrusakan pagar sang wakil rakyat keluar dan menanggapi pendemo (sengaja menunggu demo memanas baru keluar agar pendemo yg dinilai buruk). Memang perlu tindakan-tindakan kejutan untuk bisa diperhatikan. Namun tetap tindakan kekerasan, pengrusakan seharusnya tidak perlu dilakukan jika masih ada cara lain yang dianggap lebih halus namun bisa menyalurkan aspirasi rakyat.  Hidup mahasiswa!!

Sabtu, 24 Maret 2012

Teruntuk Sahabatku

Semuanya hanya tinggal kenangan saja, Tuhan tidak mempertemukan kita kembali, menjalani perjuangan indah menuntut ilmu. Setiap ku kecewa karena betapa kejamnya orang lain memanfaatkan diri ini untuk memperlurus kepentingannya, aku hanya teringat kepadamu bahwa aku pernah memiliki orang yang tidak sedang kuhadapi saat ini. Saat diriku tersakiti atas ketegaan orang lain, maka aku hanya bisa teringat dengan segala kebaikanmu, bahwa aku pernah memiliki sahabat yang bukan sekedar sahabat. Sembilan tahun itu tak pernah bisa hilang dalam ingatanku bahwa aku pernah memiliki sahabat yang mulia hatinya seperti dirimu. Engkau hanyalah seorang yang terlahir tidak kaya yang setara dengan diriku, namun walaupun kita berada diambang garis kemiskinan seperti yang dikatakan orang lain, tapi kita bisa berbagi, dan tidak pernah terbesit untuk saling memparasit. Saat kita berseragam putih biru, saat teman lainnya pergi ke sekolah sudah menggunakan kendaraan bermesin, tetapi kita masih sibuk mengayuh sepeda tanpa memandang iri, dan ketika aku telah lelah mengayunkan kakiku  mencapai tujuan kita yaitu sekolah, engkau mengulurkan tanganmu dan menarik tanganku agar aku bisa lebih cepat menanjak sepeda agar kita tidak terlambat datang ke sekolah. Ketika orang lain bisa jajan, kita hanya bisa melihat dengan berdiri di atas pagar sambil bercerita tentang kehidupan dan jikapun kita punya uang untuk jajan, kita hanya bisa membeli satu buah es dan kacang tempe yang harus dibagi dua agar diantara kita tidak ada yang kelaparan atau kehausan. Sungguh kesedihanku sangat beralasan sekarang ini, engkau tidak pernah memberikan beban yang berat untukku walau sekalipun untuk kepentinganku. Saat aku melakukan penelitian untuk tugas akhir, yang harus mendaki beberapa gunung, engkau menemani dan memilih membawakan palem berduri ditanganmu tetapi memberikanku untuk membawa daun saja, saat aku hanya punya uang membeli sebungkus nasi, engkau rela menahan lapar agar uangku tak dihabiskan agar bisa dimanfaatkan untuk yang lain. Tuhan mengirimkanku sahabat yang luar biasa yang berjuang bersama dan begitu besar pengorbananmu walau kau tak pernah mendapatkan apa-apa dariku. Kini, aku tidak sedang bersama sahabat sepertimu namun aku bersama dengan teman yang membuatku penuh kekecewaan, sakit hati, dan intrik. Aku merasa rapuh tanpamu, aku sangat merindukanmu menghadapi semua ini. Walau telah ku coba membuka diri dengan memaksimalkan segala kebaikan untuk orang lain namun tak pernah ku dapatkan lagi seorang sahabat seperti dirimu lagi RHY.

Jumat, 16 Maret 2012

Bertepuk sebelah tangan

Semula ku tak pernah percaya 
adanya sebuah rasa pada pandangan pertama
saat pertama suaramu mengudara ditelingaku
saat itu juga aku merasa tersejuki

Kubiarkan semuanya reda
namun tak pernah ku sangka
semuanya menjadi tak mudah

harus kuakui semuanya menjadi bermakna
hingga setiap ragamu dihadapkan pada jiwaku
dengan perasaan aku merasakannya dalam hatiku

Tak perduli jika ini cinta sebelah sisi
Namun ku hanya inginkan 
engkau menjadi bagian cerita rasa ini
dan tak ingin kau tahu tentang semua
Karena rasa yang terpendam akan menjadi kenangan terdalam

dan akupun ingin satu lagu ini pernah ku dengar untuk kuingat bahwa semua ini pernah ada:

"mata ini indah melihatmu
rasa ini rasakan cintamu
jiwa ini getarkan jiwamu
jantung ini detakkan jantungmu
dan biarkan aku padamu
menyimpan sejuta harapan aku padamu
rasa ini tulus padamu
takkan berhenti sampai nanti kumati

biar aku jatuh cinta 
pesonaku pada pandangan saat kita jumpa
biarkan aku kan mencoba
tak peduli kau berkata tuk mau atau tidak"

Terima Kasih Pak Guru

Keluar dari ruang seminar menuju kantin agar bisa sarapan, dengan langkah pasti kaki menuju sasaran namun terhenti karena wajah ingin memberi ekspresi kepada seseorang yang sudah dikenali. 

google.co.id


Student: ( menganggukan kepala dan memberi senyuman)
Lecturer : "Kenapa kamu? Gimana jadinya penelitianmu?"
S : "masih belom pak"
L: (mendekat, berdiri tepat didepan wajah) kenapa belum?
S: masih mempertimbangkan waktu, Pak
L: Iya, itu memang penting. dan Kenapa dengan waktu? masalah uang juga? Kamu harus mikirin mau kerja apa kamu nantinya, pilihannya kamu harus penelitian 3 bulan tapi cuma sebegitu saja, atau kamu mau menambah 1 semester lagi untuk menghasilkan data yang bagus! (jadi pilihannya data yg bagus atau masa studi singkat?) dan saya tahu kamu punya pengetahuan tentang itu, pengetahuan kamu tidak 0 dalam bidang itu, pustaka kamu juga bagus, masalah penelitian kamu juga ada. (Wew, padahal pas kuliah dia dulu, mana ada puji-pujian semacam ini? beraninya memuji pas bertatap muka berdua saja)saran saya, kamu ngambil data satu tahun aja. (sepertinya si L ini pengen saya lulus 2,5 tahun).
S: (melongo)
L: kamu jawab donk!
S: IYa Pak, karena penelitian saya akan ada analisa genetiknya pak, jadi kata si Bapak D mungkin satu tahunan untuk mencari kode gen nya pak.
L: Nah, kan saya gak ngomong lo sama pak D.
S: (siapa juga yang nuduh bapak ngerumpi sama pak D) Iya pak, saya mengerti.
L: Yah, jadi gitu yah...
S: Iya Pak, terima kasih. ^_^

Tiap kali ketemu nih dosen, perasaan tenang menjadi galau, perasaan kaku menjadi cair, orang diam menjadi berapi-api dsb. Bapak ini ibarat kompor, senang memanaskan hati dan pikiran oran lain. Tapi terus terang saja, berdampak positif sekali pada motivasi saya yang sebelumnya belum panas memikirkan masalah penelitian sekarang jadi memusingkan sendiri masalah penelitian. Saya selalu teringat kata-kata si Bapak yang begitu menusuk dikalbuku waktu dia memberi kuliah yang hampir setiap ketemu tak luput dengan perdebatan. "Fight, Fight, ayo lawan saya", kata si bapak ini setelah kesan pertama bertatapan muka dengannya terlibat proses perdebatan yang memicu emosi jiwa, eh ternyata selalu memancing malah untuk mendebatkan dirinya. Bapak, saya akan ingat selalu kata-kata itu, dan semoga dilain kesempatan (mungkin 1tahun lagi) bisa punya kesempatan untuk beradu mulut lagi dengan Bapak, tapi tentunya setelah saya mendapatkan bekal yang lebih match dengan pengetahuan bapak, biar semuanya menjadi seru.

Selasa, 13 Maret 2012

Untuk Duri

Plectocomia sp.












aku mencintai duri
mungkin banyak yang tak suka dengan duri
bila jauh mungkin tak kan menyakitkan 
namun bila kau sentuh selembut apapun
kau akan terluka

aku menyukai duri
jika melekat dengan induk pohon
duri begitu menjadi indah dipandang
seperti kaktus yang berduri
dan seperti rotan yang berlapis duri

duri simbol pertahanan fisik yang kuat
herbivori pun takut menghampiri
agar tidak mati

dan aku ingin seperti duri
yang tak kan menyakiti bila tak didekati
yang begitu prima menghadapi serangan
namun jika kau coba menyentuhnya
kau lah yang akan terluka

alasan apa bisa meneliti keluarga Arecaceae yang begitu banyak duri? alasan apa bisa memilih rotan yang berlapis duri? aku begitu mencintainya karena lambang suatu kekuatan. bagaimana tidak? rotan bisa melililt hingga 50 meter, berbatang lurus walaupun hampir tak bisa hidup tanpa penyangganya. Dan jika aku diibaratkan dengan dia, maka ibarat pemudi yang kuat, berpikiran lurus, hanya menuju 1 tujuan yaitu mencapai cahaya agar bisa hidup baik. Dan jika aku ibarat seperti rotan yang berduri, aku menyimpan kayu yang begitu kuat, yang mahal dan perlu perjuangan untuk mengambilnya. Dan jika aku seperti rotan, maka aku bisa hidup di gunung yang begitu tinggi sebagai simbol sebuah victory. 
Dan itu hanya 'andai saja',.....

Senin, 12 Maret 2012

Demi 30 POIN

google.co.id
Gilaaa.....rasanya pengen teriak.... baru kali ini aku merasa benar-benar parah tingkat akhir, seolah tak peduli dengan masa depanku nanti, harapan orang tuaku terhadapku. Berani sekali aku bahkan tidak belajar untuk ujian ini, karena begitu sibuk memikirkan kegalauan hati, memikirkan berapa banyak level lagi yang belum ku selesaikan dalam sebegitu banyak game di komputerku, bahkan rela harus dimaki-maki untuk bisa bermaen, jika laptop ini tidak bisa nge run game yang berat namun aku begitu bernafsu untuk memainkannya sampai aku merasa aku bisa menaklukan semuanya. Bodoh... aku tau. Gila... aku juga sadar. Nanti menyesal... aku juga sudah prediksi. Lalu apa??? gak ada apa-apa. aku hanya merenung melihat soal ujian tadi, karena walaupun aku bisa menjawabnya dengan imaginasiku, otakku seakan tak mau menerima perintah untuk memberikan jawaban yang agak logis lah untuk ujian tadi. dan Gone begitu saja... aku memang tak niat untuk datang ujian, tapi demi 30 poin yang ingin kuraih dan sudah kuikrarkan pada si Dn, ya sudah, aku datang saja dengan membawa pikiran kosong seperti kerasukan setan. Ya sudahlah, aku ingin lari lagi dari semua ini, aku ingin mendapatkan waktu liburan yang lebih panjang, setidaknya aku butuh 3 minggu vakum dan bertapa pada kehijauan sampai titik kegilaanku lepas ke alam bebas dan aku bisa kembali merasakan rindunya dunia studiku... aku ingin semua itu... Ah... alasan saja... apa tidak cukup bisa libur 4 hari seminggu???? atau perlu libur 6 hari seminggu agar bisa puas? tidakkk.... aku tak tau lagi jawabannya. Dan aku akan ikhlas jika memang mendapatkan 30 poin ataupun tidak sampai dari itu, karena itu murni kesalahanku.. mungkin jika belum pernah merasakan pahitnya mengulang mata kuliah, aku masih begitu berani seperti ini, dan jikapun takdir menghantamku agar aku jera, aku tidak salahkan... karena kontrol diriku untuk bisa menjaga stabilitas hati dan pikiranku pun masih sering goyahh... sudahlah... tinggal lihat saja apa yang akan terjadi...

Jumat, 09 Maret 2012

Refreshing dengan menonton "Negeri 5 Menara"

Semenjak mendengar kabar bahwa buku 'Negeri 5 Menara' akan difilmkan, saya sudah sibuk menentukan tanggal kapankah jadwal saya akan menonton, alhasil walaupun filmnya diputar perdana tanggal 1 Maret, aku memilih menonton tanggal 7 Maret 2012 karena kebetulan sebelum menghadapi ujian tengah semester biasanya akan ada refreshing untuk merefresh kejenuhan otak (padahal jenuh karena kalah game :-p) sekalian karena mencari hari kuliah yang kosong dengan teman. 

Terus terang saja filmnya benar-benar sangat bermanfaat bagi saya yang pernah membaca bukunya dan saya cukup salut juga filmnya bisa dibuat cukup mewakili si buku tersebut, setidaknya dengan menonton film tersebut kita bisa memvisualisasi isi buku yang telah dibaca (karena imaginasi kurang saat baca buku), jadi dengan adanya tontonan, setidaknya bisa mendapat bayangan nyata cerita tersebut. Dan ternyata ada perbedaan perasaan saat membaca dan menontonnya, saat membaca saya memang merinding ketika mengisahkan perjuangan hebatnya dalam belajar namun ternyata pada film justru merasa mengharukan saat adegan perpisahannya (sampai temen disamping menangis pake suara yg bikin jd sedih). Tapi ada juga lho adegan lucunya yang pasti bikin ketawa. Bagian akhirnya menurut saya kurang bikin merinding,  kurang begitu menarik, mungkin karena ekspresinya tidak begitu berlebihan ketika sudah bisa mencapai negeri impiannya. 
Saya paling suka membaca buku kedua, mungkin karena saat perjuangan masa-masa kuliahnya sampai akhirnya bisa ke kanada juga, jadi lebih kena ke diri saya sendiri walaupun saya belum bisa mendarat di negeri impian.

Senin, 05 Maret 2012

Saat Pressure tak bisa dikonversi menjadi Power


google.co.id
Saat tekanan tak mampu lagi diubah menjadi energy kekuatan, maka cara dulu sudah tak berlaku lagi. Mana bisa mengerjakan tugas dengan waktu tersedia 6 jam, mulai mencari bahan, membacanya, menterjemahkannya. Dan sebagai hasilnya jiwa ini menjadi redup  untuk berjuang. Hanya mengingat keberhasilan diwaktu dulu dalam memanfaatkan waktu dalam memahami suatu hal, tapi sekarang kemampuan itu seakan berkurang maka tidakkah harus segera mengubah metode? Bukan kalah mempertahankan metode lama, tapi lihatlah ketidakteraturan semakin menjadi-jadi, lalu mau membandingkan yang seperti ini dengan kedisiplinan yang ditegakkan Ayah?  Ingat, saat Ayah bertanya, apa itu disiplin ketika aku masih berseragam merap putih, “disiplin itu adalah patuh pada peraturan dimana pun ia berada”, kata sang Ayah. Benar, selama ini ia menunjukkan kepatuhannya terhadap peraturan secara luar biasa, tidak pernah terlambat untuk ke sekolah, dan pasti selalu bangun pagi untuk mempersiapkan bahan ajarnya. Sedang engkau sebagai generasi penerusnya? Tanyakan pada siri sendiri bagaimana menerapkan kedisiplinan itu.  Menyesal ketika tidak patuh pada peraturan? Ia, tapi selalu mengulanginya hingga menjadi kebiasaan. Sudahlah, mungkin cara lama harus segera diubah, laksanakan semuanya  tanpa penundaan lagi.