Selasa, 03 April 2012

Karena Aku Hidup Dengan Kebaikan

Pernahkah merenungi seberapa besar kebaikan yang telah di dapat selama hidup di dunia ini dibandingkan dengan keburukan dan kejahatan yang terjadi seumur hidupmu? saya sendiri tak begitu sengaja teringat dengan hal semacam ini, mungkin sebagian orang dianggap sepele, namun bagiku tidak, semuanya begitu berarti dan memberiku energi untuk berbuat baik, menjadi power untuk memberikan yang terbaik walau dalam hal sepele sekalipun.

Dimulai dari lahir, begitu banyak kebaikan yang diberikan oleh orang tua kita. Sudah jelas, hampir tak hingga (tak bisa diperdebatkan lagi, kecuali anak durhaka). Berapa karung beras yang telah digunakan oleh orang tua saya sehingga saya bisa sebesar ini, dan seberapa banyak uang yang telah ia keluarkan untuk biaya sekolahku hingga ke tingkat magister sekarang ini? jelas, aku bahkan tak ingin menghitungnya namun harus ku kenang selamanya.

Namun, pernahkah juga anda merasa terharu karena kebaikan orang lain yang berkerabat sangat jauh yang tidak ada hubungan darah dengan anda? bagi saya, saat ini saya terngiang-ngiang dengan sebegitu banyak kebaikan yang diberikan oleh orang asing dalam hidup ini. Sampai berumur 21 tahun saya hidup dalam sebuah pulau dengan didominansi suku Melayu dengan bahasa per desa/daerah hampir dengan dialek yang berbeda namun disinilah aku memanen segala kebaikan yang membuat aku tak bisa menjadi jahat. AKU TERBIASA HIDUP DENGAN KEBAIKAN, menjadikan kekuatan dan dorongan untuk tetap memberikan pesona kebaikan bagi siapa pun.

Teringat kebaikan yang pernah dilakukan oleh teman baikku saat aku sedang melakukan penelitian. Mulai dari harus bangun jam 4 subuh untuk membantu ku memasakkan makanan untuk dibawa ke gunung, menemani perjalananku, membawakan barang-barangku yang begitu berat, terdampar ikhlas di terminal karena ketinggalan bis, berlelah menebang rotan yang berduri dan bahkan rela kelaparan bersama.

Saat aku kuliah kerja nyata di suatu desa pedalaman, seorang ibu- ibu memberikan ongkos untuk pulang setelah aku mengunjunginya kembali walaupun kkn telah usai. Ya, aku memang masih sering mengunjungi desa itu walaupun tugas kkn tlah usai. Hal sama juga dilakukan oleh pemuda-pemudi dsana yang tetap mengunjungi ke kota tempatku studi saat itu. Segala kebaikan bertaburan disana, makanan yang tak hentinya datang silih berganti baik dari kades, warga, pemuda-pemudi yang mengunjungi posko kkn kami walau kita semua pasti tau bahwa desa tempat kkn bukanlah desa yang maju. Mereka juga berada dibawah garis kekayaan, namun tak menyulutkan sikap memberi mereka. 

Dalam keluarga dan tetanggaku juga, setiap hari raya, aku terbiasa panen uang dari paman, bibiku walaupun aku sudah sebesar ini (yg seharusnya membalas budi baik mereka). Keluargaku terbiasa menerima makanan pemberian tetangga yang sekaligus saudara kami. Saya benar-benar terbiasa dengan semua itu. Namun itu semua adalah masalalu, aku bukan hidup pada pulau asalku. aku kini hidup di sebuah kota besar yang sangat jauh berbeda dengan adat budaya di daerahku. Mengharapkan sebuah kebaikan dari orang lain? MIMPI. Jangankan berharap orang lain baik, kita sudah berbuat baik semaksimal kita sendiri, bahkan PENGKHIANATAN Terkejam adalah balasannya. Dalam masyarakat kampungku, orang yang cenderung menuju garis kemiskinan, namun justru lebih aktif "memberi kebaikan". namun disini sepertinya orang miskin atau siapapun pantang memberi sedikit kebaikan saja apalagi uang. Saya banyak mengamati dari warga disekitar kota besar ini sekaligus bergaul dengan beberapa teman. Kesimpulanku tetap sama "dsini semuanya berbeda". 

Namun, apakah aku harus menjadi jahat setelah disini karena tak kunjung menemukan orang tipikal masyarakat seperti dikampungku? Tentu saja tidak. Kebaikan harus tetap ditabur dimana-mana, apapun lingkungan yang dihadapi sekarang ini tak kan membuatku diubah oleh lingkungan. Semoga Allah senantiasa memberi kekuatan untuk kita terus dapat berbuat baik pada siapa saja, dan dalam kondisi apa pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita curahkan komentar, jangan ditelan begitu saja!