Senin, 24 Oktober 2011

Menatap Gunung Manglayang

Pesan yang masuk ke handphoneku dari kakak tingkat akhirnya mengantarkanku ke sebuah alam baru, alam yang begitu kurindukan, kutinggalkan  dan tlah lama tak ku takluki. Spontan otakku merespon berita mendadak tersebut, akhirnya kuputuskan saja untuk ikut karena dalam hatiku berkata, kapanlagi aku bisa mendaki?. jumat malam aku persiapkan saja peralatan ke hutan.Tanpa meeting dg panitia lainnya, tanpa malu dan canggung aku mengiyakan tawaran ini demi menjumpai alamku. Pagi itu aku berangkat ke kampus untuk pemberangkatan, berkumpul dengan org2 yang belum ku kenal kecuali kk tingkatku. Ternyata mereka membutuhkan tenaga relawan untuk mengurusi kelompok outbond. Kembali aku mengulang masa lalu menjadi seorang pembimbing kelompok. Aku mengikuti alur jadwal dan berusaha menjalankan tugasku sambil mata melirik ke arah gunung Manglayang dengan hati yang bahagia. Pengalaman haru yang membuatku berkaca pada diri sendiri perihal peserta bimbinganku menjawab ketika aku menyodorkan 3 botol air untuk dibagikan ke 11 temannya. "cukupkan 3 botol saja?" tanyaku pada mereka, lalu jawaban mereka adalah "cukup kak, inikan survival". Oh God, hatiku tersentak mendengarnya. Mereka memang mendapatkan materi tentang survival hari ini tetapi aku tak menyangka ternyata dari sekian ratus peserta ternyata mereka tidak mengeluhkan kekurangan makanan dan air. Mereka begitu menikmati gaya bertahan hidup di alam. Termenung otakku memikirkan diriku sendiri. Pantaskah aku menyebutkan diriku sebagai pecinta alam? jangankan untuk menahan lapar dan haus, menahan untuk tidak makan ikan laut saja aku sudah merengek2 kepada ayahku. Aku selalu mengeluh dengan makanan yang tersedia di Bandung karena begitu berbeda dengan menu makananku di kampung kelahiranku. Aku begitu menderita karena tidak makan sesuai seleraku. Memang aku sudah mendaki banyak macam gunung sebelumnya, namun ternyata tingkat survivalku belum pantas disebut grade A, bahkan B pun tak layak. Aku begitu terpesona dengan peserta outbond ini, apalagi salah satu peserta tidak membawa makanan karena sudah terbiasa lapar. Ternyata Survival mereka memang luar biasa dibandingkan aku. Teringat pula pengalamanku menginap 3 hari 3 malam pada sebuah acara di kampus jaman dahulu, aku membawa hampir 1 koper baju karena tidak tahan bila keringat. namun sekarang aku sudah tidak sebegitu manjanya dibandingkan dahulu namun belum bisa dikatakan mandiri. 

Akhirnya aku bisa kembali menjumpai hutan hijau di daratan Jawa, Gunung Manglayang. Aku mendapatkan pengalaman baru yang berkesan, bermakna. Aku bertekad untuk meningkatkan survivalku selama di Bandung terutama perihal makanan. Terimakasih Tuhan untuk kesempatan yang kau berikan kepadaku hingga membuatku sadar kekuranganku. Aku tidak pernah menyangka aku punya kesempatan lagi untuk melihat alam ciptaanMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita curahkan komentar, jangan ditelan begitu saja!