Krrackk.....pintu kos dibuka oleh satu penghuni, ku lihat sudah pukul 11.30 malam. Aku yang sibuk mempersiapkan peralatan ke gunung tidak begitu mempedulikan dan tetap fokus mencari barang2 yang harus dibawa untuk besok. Tiba-tiba ada suara," Mbak, tolong ya sampahnya di isikan di tempat sampah, saya takut ada kecoa kalau dibiarkan disini". Aku yg sedang fokus, hanya melontarkan satu kalimat "Oh iya, iya". Sesegera mungkin aku mengambil kantong plastik untuk membereskan sampah antara kamarku dan kamar dia dengan hati yang bertanya-tanya, "Orang ini masih waras atau memang tidak punya pendidikan moral", dengan tetap membereskan sampah yg berserakan saya mengucapkan dzikir untuk tidak emosi karena diperintahkan membersihkan sampah orang lain (sampah milik adikku dan teman sekamarnya). Setelah itu aku berwudhu untuk tidak emosi dan mendobrak pintu kamar penghuni kos yg berlagak bos tadi. Malam itu, aku merasa puas karena aku bisa mencoba untuk tidak marah diperlakukan seperti itu. Padahal 2 tahun yang lalu ketika aku KKN bersama dengan teman dari universitasku dulu, setiap ada hal yg tidak mengena dihatiku atau aku merasa tertindas maka aku pasti akan selalu melawan, memberontak dan membalas mereka. Pernah seorang pegawai di kampusku, aku lawan dengan mentah-mentah hanya karena ukuran jaket KKN tidak sesuai dg pesanan data yg sudah kutulis, ternyata mereka memang ingin menyembunyikannya entah dengan alasan apa atau ada mahasiswa lain yg ingin berubah ukuran. Spontas sy menjawab dg tatapan mata serigala," sampai matipun sy tidak mau menerima ukuran jaket yg ini, karena sy tidak memesan yg ini, ini bukan kesalahan sy, sy tidak mau tau", sang Ibu-ibu tadi kaget dan langsung memerintahkan pegawai lain untuk mengambil ukuran jaket pesanan sy seraya berkata" jangan sampai kmu tidak ridho sampai di akherat karena masalah ini". Dalam hati sy tersenyum" tenyata kalian memang berbohong kalau ukuran jaket sy tidak ada" hari itu aku puas karena telah memperjuang hakku dan berani menentang siapapun yg salah. Setelah itu, masa pemberontakan masih berlanjut sy pernah hampir di tinju oleh seorang teman lelaki dalam kelompok karena beradu mulut dan saling debat. tidak hanya itu, setiap ada sesuatu yang mengganggu, sy pasti merspon dengan ganas. Namun itu 2 tahun lalu, sekarang apa yang terjadi ? aku merasa lebih cuek dengan gangguan orang lain yang menyakitkan hati, namun justru mengasihani org2 yang selalu ingin menindas karena kediaman saya. Namun saya merasa lebih puas keika saya tidak selalu memberontak dan meladeni hal2 yg menjurus konflik tersebut, ku temukan diriku dalam kondisi yang berbeda sekarang ini, masa pemberontakan itu sudah mulai meredam.
Minggu, 30 Oktober 2011
Senin, 24 Oktober 2011
Menatap Gunung Manglayang
Pesan yang masuk ke handphoneku dari kakak tingkat akhirnya mengantarkanku ke sebuah alam baru, alam yang begitu kurindukan, kutinggalkan dan tlah lama tak ku takluki. Spontan otakku merespon berita mendadak tersebut, akhirnya kuputuskan saja untuk ikut karena dalam hatiku berkata, kapanlagi aku bisa mendaki?. jumat malam aku persiapkan saja peralatan ke hutan.Tanpa meeting dg panitia lainnya, tanpa malu dan canggung aku mengiyakan tawaran ini demi menjumpai alamku. Pagi itu aku berangkat ke kampus untuk pemberangkatan, berkumpul dengan org2 yang belum ku kenal kecuali kk tingkatku. Ternyata mereka membutuhkan tenaga relawan untuk mengurusi kelompok outbond. Kembali aku mengulang masa lalu menjadi seorang pembimbing kelompok. Aku mengikuti alur jadwal dan berusaha menjalankan tugasku sambil mata melirik ke arah gunung Manglayang dengan hati yang bahagia. Pengalaman haru yang membuatku berkaca pada diri sendiri perihal peserta bimbinganku menjawab ketika aku menyodorkan 3 botol air untuk dibagikan ke 11 temannya. "cukupkan 3 botol saja?" tanyaku pada mereka, lalu jawaban mereka adalah "cukup kak, inikan survival". Oh God, hatiku tersentak mendengarnya. Mereka memang mendapatkan materi tentang survival hari ini tetapi aku tak menyangka ternyata dari sekian ratus peserta ternyata mereka tidak mengeluhkan kekurangan makanan dan air. Mereka begitu menikmati gaya bertahan hidup di alam. Termenung otakku memikirkan diriku sendiri. Pantaskah aku menyebutkan diriku sebagai pecinta alam? jangankan untuk menahan lapar dan haus, menahan untuk tidak makan ikan laut saja aku sudah merengek2 kepada ayahku. Aku selalu mengeluh dengan makanan yang tersedia di Bandung karena begitu berbeda dengan menu makananku di kampung kelahiranku. Aku begitu menderita karena tidak makan sesuai seleraku. Memang aku sudah mendaki banyak macam gunung sebelumnya, namun ternyata tingkat survivalku belum pantas disebut grade A, bahkan B pun tak layak. Aku begitu terpesona dengan peserta outbond ini, apalagi salah satu peserta tidak membawa makanan karena sudah terbiasa lapar. Ternyata Survival mereka memang luar biasa dibandingkan aku. Teringat pula pengalamanku menginap 3 hari 3 malam pada sebuah acara di kampus jaman dahulu, aku membawa hampir 1 koper baju karena tidak tahan bila keringat. namun sekarang aku sudah tidak sebegitu manjanya dibandingkan dahulu namun belum bisa dikatakan mandiri.
Akhirnya aku bisa kembali menjumpai hutan hijau di daratan Jawa, Gunung Manglayang. Aku mendapatkan pengalaman baru yang berkesan, bermakna. Aku bertekad untuk meningkatkan survivalku selama di Bandung terutama perihal makanan. Terimakasih Tuhan untuk kesempatan yang kau berikan kepadaku hingga membuatku sadar kekuranganku. Aku tidak pernah menyangka aku punya kesempatan lagi untuk melihat alam ciptaanMu.
Selasa, 18 Oktober 2011
Kejamnya Hidup di Tanah Rantauan
Aaarrrggghh.... kota macam apa ini... kesal aku dengan semua ini. Lagi-lagi karena mang supir angkot yang pada gila, sok garang, dan tiada aturan. Hampir saja aku akan loncat dari angkot tepat depan seorang polisi yang berdiri depan Bip. Kalau bukan karena ada penumpang lelaki yang berusaha tenang melihat aksi si supir itu, aku tidak tahu lagi bagaimana kengerian aku memandang, merasakan dan terjebak dengan keadaan darurat yang mengancam nyawaku dan adikku. Kejadian yang sungguh sangat sederhana namun reaksi supir itu kupandang terlalu berlebihan, hanya karena saling ingin mendapatkan penumpang di perempatan bip, kedua kendaraan ini saling adu kekuatan klakson mobil, saling impitan, saling dan saling ingin membuat emosi. Argghhh.... angkot yang membawaku mengejar rivalnya tadi ke arah kalapa, yang padahal seharusnya mengantarkan penumpangnya (aku dll) ke arah dago. Terpikir olehku angkot ini akan menghentikan si rivalnya dan akan keluar mobil melakukan adu kekuatan menurut versi pria sok jantan, aku siap-siap memegang belanjaanku untuk segera keluar dan berlari segera. Tapi ternyata, kejadian bayanganku tidak terjadi, sang rival tidak ingin meladeni supir "kurang" (kurang iman, kurang akal, kurang etika atau sebutan apa ya yang pantas?) tadi. Akhirnya aku selamat dan bisa sampai ke jalan ganesa dengan adikku dalam kondisi lutut gemetaran, jiwa kacau balau. Oh God, terima kasih akhirnya aku masih bisa keluar dari kekejaman penghuni kota ini. Kejadian hari ini membuatku mengingat ke belakang, saat aku dan adikku juga sedang naik taksi GR (pantasnya disebut Genduruwo kali ya). Kala itu, aku masih baru menginjakkan kaki di tanah pasundan ini, pulang malam kira-kira jam 7an dari jalan Cihampelas. Sang supir taksi mengantarkan kami dengan kebut-kebutan di dalam jalan gang sehingga membuat warga sekitar berteriak menegur untuk lebih berhati-hati, tapi sang supir justru makin menjadi-jadi dan emosi, Ahhh..aku yang tidak terbiasa dengan keadaan ini, langsung tegang dan pasrah yang akan terjadi. Akhirnya saya masih selamat juga dari kejamnya sang supir kala itu. Sampai dikosan aku begitu lelah, ada rasa agak jera untuk naik angkot, taksi apalagi ojek. Dalam hati aku berkata sebenarnya ini sekedar tantangan, ujian, ataukah petunjuk dari Allah. Belum genap 3 bulan aku kuliah disini, aku merasa lebih dari 3 kali nyawaku terancam karena kekerasan, kekejaman yang aku terima disini, apalagi ketika aku mengingat "Tragedi Cibiru" yang membuat aku harus kehilangan barang kesayanganku (Digital Kamera) yang telah aku beli murni dari uang beasiswa terakhir yang aku terima ketika kuliah di Bangka. Barang yang sudah lama kuidam-idamkan kurang lebih 3 tahunan sampai aku bisa memilikinya. Namun, kini tinggal kenangan ketika dirampas oleh sang rampok yang sepertinya berdomisili di Cibiru. Aku tidak terlalu menyesali kejadian itu, hanya aku bisa memetik pelajaran untuk berhati-hati dimanapun aku berada yang seolah-olah aku disadarkan oleh Tuhan bahwa aku sekarang bukan berada di tanah kelahiranku, dihabitat asliku tetapi aku sekarang berada di tanah orang lain ditanah rantauan yang benar-benar kejam, dan jangan pernah berpikir ditanah ini aku akan menemukan orang baik. Aku tau setiap kejadian-kejadian yang aku alami disini pastilah terjadi dengan izin Allah, Allah mungkin sedang ingin membuka mataku terhadap sisi gelap sebuah dunia, atau mungkin menguji tekadku yang ingin menuntut ilmu ditanah orang lain dengan berbagai kejadian-kejadian yang mengancam nyawaku, kejadian yang membuat harus kehilangan harta, dengan kejadian yang mengobrak-abrik hati dan jiwaku (karena tak sedikit hinaan, cercaan yang kuterima selama disini) dll. Inilah sekelumit cerita hitam yang kudapatkan selama disini, dikotaku menuntut ilmu, di tanah rantauan, pengalaman yang belum pernah kudapatkan di tanah kelahirinku di tanah kebanggaanku, Bangka Island. Ketenangan hidup yang kurindukan hanya bisa kunikmati ditanah aku dilahirkan dan dibesarkan.
Minggu, 16 Oktober 2011
Bahaya Pujian
Jangan suka dipuji, jangan takut dicaci
Jangan suka dipuja, jangan takut dicerca
Lakukan semua Lillahita'ala
InsyaAllah tenang hatimu
Referensi : AA Gym
Sabtu, 15 Oktober 2011
Pelawan Mushroom
Adakah yang tau tentang jamur ini? pelawan mushrooms namanya. Jamur ini tumbuh dekat dengan pohon pelawan, dan belum pernah diketahui bahwa jamur ini bisa hidup di lain. warna tubuh jamur ini juga mirip dengan kulit luar kayu pelawan yang merah. Hubungan antara jamur dan pohon pelawan ini belum diketahui secara pasti, apakah kulit pohon yang jatuh sebagai serasah itukah yang membuat sang jamur "expensive" ini bisa tumbuh. Sayang, hingga saat ini budidaya jamur ini belum ada, padahal rasanya yang enak membuat banyak yang tergoda untuk mengkonsumsinya.
Tahun Tanpa Cinta
Ada yang berbeda dengan hatiiku,..ada yang berbeda dengan otakku, aku merasa muak dengan kata cinta, aku merasa benci untuk mendengarnya, aku bingung, dulu aku berharap dia akan mengatakan bahwa dia mencintaiku, tapi kini dia berulang-ulang mengatakannya, dengan berbagai bukti, tapi hatiku justru benci bukan cinta. aku tidak tertarik lagi dengan rayuan cinta, aku bosan dengan sandiwara para pemain cinta, dan jijik mendengar bujuk manis cinta. Ahhh... ternyata inilah kehidupan...teringat pula bahwa Allah berkuasa terhadap segala sesuatu, termasuk hatiku ini.. 2009, 2010, 2011 tanpa mencintai cinta, membuat aku begitu mencintai keluargku, mencintai sahabatku, mencintai masa depanku, dan mencintai Penciptaku. Aku ingin tetap seperti ini karena inilah keindahan cinta sesungguhnya.
Kamis, 13 Oktober 2011
Cinta Adalah Ujian Iman
Aku bingung harus apa ketika hati ini terpaut menyukai seseorang. Aku merasa perasaan ini mengganggu konsentrasiku dalam berbagai hal termasuk ketika beribadah. Penasaran akan hal ini, lalu aku googling dan mendapatkan kalimat bahwa sebenarnya cinta itu adalah ujian iman. Lega rasanya hati ini mengetahui bahwa sesungguhnya ini hanyalah ujian keimanan. saya bertanya dalam hati apakah ini anugerah Allah
kepadaku agar aku bisa bahagia seperti yang banyak dikatakan orang lain
bahwa cinta itu adalah anugerah. Dalam beberapa hari aku tetap menikmati
perasaan itu. Namun, kemudian perasaan ini tidak mesti dibiarkan berlarut-larut karena akan meruntuhkan keimanan tanpa kontrol pengendalian.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs. Al Baqarah : 155)
"Ujian itu tidak hanya identik dengan penderitaan saja. Kebahagiaan juga adalah ujian. Salah satu contohnya adalah cinta. Jatuh cinta adalah ujian iman. Sebab tatkala kita jatuh cinta kepada lawan jenis, maka disitulah letak ujiannya. Semakin berat ujian, semakin berat pula timbangan kebaikan yang akan kita dapatkan. Terkadang kita, disaat mencintai seseorang lupa akan segala-galanya. Nasehat orang tua, sahabat, ulama sering kita abaikan. Inilah yang dinamakan dengan ‘cinta buta’ alias ‘kalau cinta sudah melekat, tahi kucing pun rasa coklat’. ini adalah petikan artikel yang saya dapatkan dan ternyata setelah direnungkan dan kembali ke masa lalu, semua ini adalah benar. Aku ingat saat pernah mendewakan cinta yang pada akhirnya menjauh dari sahabat-sahabatku karena telah asyik dengan dunia cinta, yang ujung-ujungnya menimbulkan kedukaan mendalam hingga saat ini. Teringat lagi ketika Ayahku pernah berkata bahwa "Cinta itu adalah nafsu dan nafsu adalah setan"
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?, atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Qs. Al Furqaan : 43-44)
Ahh God, untung saja aku bisa tersadar dengan semua ini. sekarang aku barulah mengerti bahwa cinta cenderung akan menjerumuskan untuk menjauh dari jalan Allah kecuali mungkin cinta yang diridhoi Allah dengan ikatan pernikahan. Namun, dalam kondisi sekarang ini sepertinya aku harus mengendalikan dari perasaan indah yang akan menyesatkan ini.
Pendamlah rasa rindumu, itu lebih baik daripada kamu meluapkannya. Sebab Rasulullah Saw telah bersabda: “Barangsiapa yang sudah rindu sekali, lalu menjaga diri serta menyembunyikannya, hingga ia meninggal maka orang itu mati syahid.” (HR. Hakim, dalam Takhrij Ahaditsil Ihya’, Jil. 5, h. 489)
Akhirnya saya mendapatkan petunjuk untuk tidak menyesatkan diri lagi, untuk tidak melarutkan diri dengan indahnya cinta, akan aku basmi hama cinta ini dengan pestisida iman.
Diperbudak Penilaian
Mengapa orang susah dekat dengan Allah padahal Allah sungguh dekat dengan kita. Kita sibuk dengan penilaian orang daripada penilaian Allah. Ketika kita berbicara dengan manusia, kita mengatur kata, mengatur gaya, bukan berarti tidak boleh seperti itu tetapi kita harus dominan karena penilaian Allah. Kuncinya : Barang siapa yang hidupnya sangat memikirkan penilaian orang dijamin tidak tentram hidupnya. Karena setiap orang punya pandangan yang berbeda-beda, maka jika ingin bahagia maka lepaslah dari penilaian manusia, cukup penilaian Allah saja.
"Barang siapa yang melakukan perbuatan yang mengundang murka Allah demi menyenangkan manusia, maka allah akan murka kepadanya dan Allah akan membuat orang yang disenangkan itu menjadi murka kepadanya tapi barang siapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang disenangi Allah walaupun orang lain membenci, Allah ridho kepadanya dan pada saatnya Allah membalikkan hati orang yang tadinya membenci" HR.Ath Thabrani.
Selasa, 11 Oktober 2011
Tidak Ada Kejadian Yang Sia-sia
Setiap kejadian hanya akan terjadi karena izin Allah SWT. Tugas kita adalah menemukan hikmah dibalik kejadian agar setiap kejadian akan membawa kebaikan, membawa kita lebih dekat dengan Allah. Jika ada suatu kejadian buruk yang menimpa kita, tafakurlah tidak harus dengan marah dan emosi karena kemarahan hanya akan menutup kita menemukan hikmah. Bertanyalah dalam hati, dari semua orang yang ada disekeliling kita kenapa harus diri kita yang dipilih Allah untuk menerimanya. Jangan takut akan kejadian, tapi takutlah jika tidak bisa membaca hikmah dari setiap kejadian yang terjadi. Semisal kita mendapat suatu kejadian menerima hinaan dari orang lain, maka janganlah bereaksi berlebih terhadap kejadian itu tapi temukanlah hikmah dari kejadian tersebut. Toh, tidak akan berbahaya kita dihina, yang akan mencelakakan kita adalah perbuatan buruk diri kita sendiri. Sehebat apapun penghinaan orang lain kepada kitapasti lebih sederhana dibandingkan dengan kehinaan kita dihadapan sang Pencipta. Tidak akan ada ujian yang berat kalau kita mampu melihat hikmah disetiap kejadian.
Langganan:
Postingan (Atom)