Selasa, 01 Mei 2012

Soliter atau Kelompok??


Skenario luar biasa yang terjadi hari ini, namun  ikhlas menerima takdir semua ini. Tak ada penyesalan sedikitpun karena telh berusaha memberikan yang terbaik.  Saya memiliki pengalaman- pengalaman hebat dalam bekerja dalam Tim/ kelompok. Bagaimana tidak? Setiap Bekerja dalam tim/ kelompok selalu ada saja ada pelajaran yang sangat berharga yang saya dapatkan. Saya sangat ingat, ketika masih SMA punya tugas untuk membuat sebuah gerakan senam dengan irama bebas dengan tim yang terdiri dari 9 orang. Memang saya sangat keras menerapkan nilai-nilai kedisiplinan saat itu. Tetapi karena semua teman sangat paham dengan tingkah laku saya seperti itu maka tidak ada yang mempermasalahkannya karena demi keberhasilan tugas kala itu. Saya bahkan selalu marah-marah ketika ada yang tidak serius, namun semuanya wajib menyumbangkan pikiran masing-masing dan yang tidak mampu menyumbangkan sesuatu maka harus menerima hasil seadanya saja namun tetap wajib mengikuti latihan secara serius. Alhasil, angka 9 tertera di raport sebagai balasan dari semua itu.

3 tahun setelahnya, saya dihadapi lagi dengan sebuah kerja TIM yang menuntut keseriusan. Disini semuanya berjalan lancer karena semu bisa mengikuti langkah-langkah yang ditetapkan walaupun pernah terjadi konflik karena ada teman yang tidak bisa menghargai waktu yang lainnya. Namun semua keseriusan itu membuahkan hasil karena mendapat juara 1 perlombaan kala itu.
Semenjak saat itu, saya merasa punya kepercayaan yang tinggi dalam mengatur kerja dalam kelompok. Apalagi ketika melaksanakan tugas akhir, seorang dosen meminta agar saya ‘membawa & membantu’ teman lainnya melangkah bersama-sama agar bisa lulus semua.  Alhasil kerja tim kami dalam penelitian memang membawa tujuan yang utama yaitu kelulusan walau sebenarnya begitu banyak konflik akibat perbedaan pendapat yang terjadi.
Saya mengakui agak malas mengerjakan tugas untuk diri sendiri karena saya berpikir yang rugi adalah saya sendiri tidak aka nada yang terkena dampak akibat kemalasan saya selain diri sendiri. Jadi biasanya saya akan mengerjakan tugas pribadi tergantung selera yang muncul. Namun ketika saya ‘dipaksa’ untuk bekerja dalam kelompok mengerjakan tugas-tugas maka saya memaksa diri sendiri untuk melakukan yang terbaik karena menyangkut orang lain. Saya begitu takut jika orang lain akan kecewa jika saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk membawa kesuksesan bersama, apalagi dengan orang yang memang ‘butuh’.
Namun hari ini,saya menemukan kejadian yang lebih hebat lagi dari semua itu. Saya mendapat tugas yang memiliki 2 opsi : tugas bisa dikerjakan sendiri atau berdua. Karena saya merasa saya tidak dekat dengan siapa pun dikelas maka saya sudah siap untuk mengerjakan tugas itu sesulit apapun. Namun ternyata, secara tak disangka-sangka, ada seorang datang menawarkan diri untuk bergabung dengan saya. Tentu saya tidak mungkin menolak karena saya tidak ingin dikatakan sombong atau pilih-pilih teman.
Pada awalnya, saya sedikit kesal namun tak saya tunjukkan pada waktu itu.ketika kita sudah janjian untuk mengerjakan tugas namun dia menunjukkan ketidakseriusannya pada tugas tersebut. saya sudah kurang berselera saat itu, ternyata saya dihadapkan dengan orang yang semacam ini yang sangat tidak sejalan dengan pribadi dan pikiran saya. Namun toleransi tetap berjalan.  Lama-kelamaan, saya ikhlas untuk merelakan bahwa dia tidak bisa diharapkan untuk bisa membantu menyelesaikan. Jadi saya sendiri terpaksa harus menulis makalah dan presentasi sendiri. Saya tetap member tugas agar mencari tinjauan pustaka agar lebih mudah bagi dia, namun tak kunjung dibuatkannya dengan alas an sibuk tugas lainnya. Saya masih tetap ‘calm down’ mencoba tuk memahami.
Setelah waktu untuk mempresentasikan hasil tugas sudah dekat, barulah terlihat bahwa dia serius ingin menyelesaikannya. Jadi saya terfokus untuk membuat makalah lebih bagus lagi agar seimbang.
Malam terakhir mengerjakan tugas, kami telah sepakat bahwa semua hasil tidak akan diubah. Dan dia seenaknya saja memerintahkan saya untuk mengerjakan presentasi lagi. Namun saya tetap menyanggupi walau dengan sedikit kecewa.  Selama 5 jam mengerjakan presentasi untuk hari ini dan didapat sebayak 20 slide yang menurut saya sudah lumayan untuk dipresentasikan, masih ada satu jam untuk beristirahat. Namun ternyata mendapat sms bahwa dia ingin memakai presentasi yang dia buat dan mengubah hasil tugas karena menurut orang lain yang dia percayai lebih logis dan lebih baik, tidak ribet agar tidak memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
Tubuh seakan lunglai mendapat berita seperti itu, 2 malam pulang hujan-hujanan dari kampus, makalah yang disusun sebanyak itu, slide yang telah saya buat tidak ada artinya karena hal tersebut. jelas sudah bahwa selama ini dia tidak percaya dan tidak menghargai usaha terbaik yang telah saya berikan dan begitu mudahnya untuk diubah orang lain.
Saya merasa sangat direndahkan dan tidak dihargai dengan peristiwa itu. Niat awal saya yang baik ternyata tidak ada artinya. Waktu yang telah terbuang untuk mendiskusikan dan berdebat tentang tugas ini tidak sedikit pun berarti.  saya sangat kecewa dan hanya satu kata yang bisa saya ucapkan terima kasih telah mencampakkan usaha yang saya lakukan demi kepentingan kelompok, terima kasih telah merendahkan kemampuan saya. Namun, walau saya tidak jenius saya tidak akan semudah itu bisa berubah-ubah hanya orang lain.
saya kembali lagi bertanya-tanya, lebih baik bekerja sendiri ataukah kelompok untuk mendapatkan hasil terbaik? may be soliterist sometimes lebih sangat baik untuk kesehatan jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita curahkan komentar, jangan ditelan begitu saja!