Skenario luar biasa yang terjadi hari ini, namun ikhlas menerima takdir semua ini. Tak ada
penyesalan sedikitpun karena telh berusaha memberikan yang terbaik. Saya memiliki pengalaman- pengalaman hebat
dalam bekerja dalam Tim/ kelompok. Bagaimana tidak? Setiap Bekerja dalam tim/
kelompok selalu ada saja ada pelajaran yang sangat berharga yang saya dapatkan.
Saya sangat ingat, ketika masih SMA punya tugas untuk membuat sebuah gerakan
senam dengan irama bebas dengan tim yang terdiri dari 9 orang. Memang saya
sangat keras menerapkan nilai-nilai kedisiplinan saat itu. Tetapi karena semua
teman sangat paham dengan tingkah laku saya seperti itu maka tidak ada yang
mempermasalahkannya karena demi keberhasilan tugas kala itu. Saya bahkan selalu
marah-marah ketika ada yang tidak serius, namun semuanya wajib menyumbangkan
pikiran masing-masing dan yang tidak mampu menyumbangkan sesuatu maka harus
menerima hasil seadanya saja namun tetap wajib mengikuti latihan secara serius.
Alhasil, angka 9 tertera di raport sebagai balasan dari semua itu.
3 tahun setelahnya, saya dihadapi lagi dengan sebuah kerja
TIM yang menuntut keseriusan. Disini semuanya berjalan lancer karena semu bisa
mengikuti langkah-langkah yang ditetapkan walaupun pernah terjadi konflik
karena ada teman yang tidak bisa menghargai waktu yang lainnya. Namun semua
keseriusan itu membuahkan hasil karena mendapat juara 1 perlombaan kala itu.
Semenjak saat itu, saya merasa punya kepercayaan yang tinggi
dalam mengatur kerja dalam kelompok. Apalagi ketika melaksanakan tugas akhir,
seorang dosen meminta agar saya ‘membawa & membantu’ teman lainnya
melangkah bersama-sama agar bisa lulus semua.
Alhasil kerja tim kami dalam penelitian memang membawa tujuan yang utama
yaitu kelulusan walau sebenarnya begitu banyak konflik akibat perbedaan pendapat
yang terjadi.
Saya mengakui agak malas mengerjakan tugas untuk diri sendiri
karena saya berpikir yang rugi adalah saya sendiri tidak aka nada yang terkena
dampak akibat kemalasan saya selain diri sendiri. Jadi biasanya saya akan
mengerjakan tugas pribadi tergantung selera yang muncul. Namun ketika saya ‘dipaksa’
untuk bekerja dalam kelompok mengerjakan tugas-tugas maka saya memaksa diri
sendiri untuk melakukan yang terbaik karena menyangkut orang lain. Saya begitu
takut jika orang lain akan kecewa jika saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk
membawa kesuksesan bersama, apalagi dengan orang yang memang ‘butuh’.
Namun hari ini,saya menemukan kejadian yang lebih hebat lagi
dari semua itu. Saya mendapat tugas yang memiliki 2 opsi : tugas bisa
dikerjakan sendiri atau berdua. Karena saya merasa saya tidak dekat dengan
siapa pun dikelas maka saya sudah siap untuk mengerjakan tugas itu sesulit
apapun. Namun ternyata, secara tak disangka-sangka, ada seorang datang menawarkan
diri untuk bergabung dengan saya. Tentu saya tidak mungkin menolak karena saya
tidak ingin dikatakan sombong atau pilih-pilih teman.
Pada awalnya, saya sedikit kesal namun tak saya tunjukkan
pada waktu itu.ketika kita sudah janjian untuk mengerjakan tugas namun dia
menunjukkan ketidakseriusannya pada tugas tersebut. saya sudah kurang berselera
saat itu, ternyata saya dihadapkan dengan orang yang semacam ini yang sangat
tidak sejalan dengan pribadi dan pikiran saya. Namun toleransi tetap berjalan. Lama-kelamaan, saya ikhlas untuk merelakan
bahwa dia tidak bisa diharapkan untuk bisa membantu menyelesaikan. Jadi saya
sendiri terpaksa harus menulis makalah dan presentasi sendiri. Saya tetap member
tugas agar mencari tinjauan pustaka agar lebih mudah bagi dia, namun tak
kunjung dibuatkannya dengan alas an sibuk tugas lainnya. Saya masih tetap ‘calm
down’ mencoba tuk memahami.
Setelah waktu untuk mempresentasikan hasil tugas sudah dekat,
barulah terlihat bahwa dia serius ingin menyelesaikannya. Jadi saya terfokus
untuk membuat makalah lebih bagus lagi agar seimbang.
Malam terakhir mengerjakan tugas, kami telah sepakat bahwa
semua hasil tidak akan diubah. Dan dia seenaknya saja memerintahkan saya untuk
mengerjakan presentasi lagi. Namun saya tetap menyanggupi walau dengan sedikit
kecewa. Selama 5 jam mengerjakan
presentasi untuk hari ini dan didapat sebayak 20 slide yang menurut saya sudah
lumayan untuk dipresentasikan, masih ada satu jam untuk beristirahat. Namun ternyata
mendapat sms bahwa dia ingin memakai presentasi yang dia buat dan mengubah
hasil tugas karena menurut orang lain yang dia percayai lebih logis dan lebih
baik, tidak ribet agar tidak memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
Tubuh seakan lunglai mendapat berita seperti itu, 2 malam
pulang hujan-hujanan dari kampus, makalah yang disusun sebanyak itu, slide yang
telah saya buat tidak ada artinya karena hal tersebut. jelas sudah bahwa selama
ini dia tidak percaya dan tidak menghargai usaha terbaik yang telah saya
berikan dan begitu mudahnya untuk diubah orang lain.
Saya merasa sangat direndahkan dan tidak dihargai dengan
peristiwa itu. Niat awal saya yang baik ternyata tidak ada artinya. Waktu yang
telah terbuang untuk mendiskusikan dan berdebat tentang tugas ini tidak sedikit
pun berarti. saya sangat kecewa dan
hanya satu kata yang bisa saya ucapkan terima kasih telah mencampakkan usaha
yang saya lakukan demi kepentingan kelompok, terima kasih telah merendahkan
kemampuan saya. Namun, walau saya tidak jenius saya tidak akan semudah itu bisa
berubah-ubah hanya orang lain.
saya kembali lagi bertanya-tanya, lebih baik bekerja sendiri ataukah kelompok untuk mendapatkan hasil terbaik? may be soliterist sometimes lebih sangat baik untuk kesehatan jiwa.